Ampas Tahu Jadi Camilan Sehat, Inovasi Cerdas yang Mengubah Limbah Jadi Berkah

Ampas Tahu Jadi Camilan Sehat, Inovasi Cerdas yang Mengubah Limbah Jadi Berkah

TASIK.TV | Bayangkan begini, siapa sangka ampas tahu, yang selama ini hanya jadi limbah padat dari industri tahu, ternyata bisa diolah jadi sesuatu yang lebih bermanfaat? Selama ini, kebanyakan orang mungkin hanya tahu ampas tersebut dipakai buat pakan ternak. Padahal, ampas tahu sebenarnya kaya akan protein, lemak, dan air, lho! Sayangnya, potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.

Nah, ada cerita menarik dari Maerani, M.Si, seorang dosen dari Universitas BTH program studi Teknologi Pangan. Dalam wawancara dengan Tasik TV, beliau menceritakan bagaimana dirinya sedang sibuk membimbing ibu-ibu PKK di Kelurahan Indihiang, sambil memperkenalkan inovasi baru: mengolah ampas tahu menjadi makanan bergizi.

“Kami tertarik datang ke Kelurahan Indihiang karena daerah ini dikenal sebagai produsen tahu,” cerita Maerani. “Kebetulan juga, ada mahasiswa BTH yang tinggal di sana. Kami mendengar keluhan warga soal pencemaran lingkungan, terutama bau tak sedap dari limbah tahu. Nah, dari sinilah kami mulai berpikir, bagaimana caranya agar limbah ini tidak menjadi masalah lagi?”

Ternyata, Universitas BTH dan Universitas Siliwangi (Unsil) tak tinggal diam. Mereka datang untuk meneliti dua jenis limbah dari industri tahu, yakni limbah padat dan cair. Tujuannya? Tentu saja untuk menemukan inovasi yang bisa mengubah kedua masalah ini jadi peluang.

“Dulu, limbah ini dianggap masalah besar. Tapi sekarang, berkat inovasi, masalah itu malah jadi berkah bagi warga Kelurahan Indihiang. Contohnya, ampas tahu yang sebelumnya cuma jadi sampah, kini bisa diolah menjadi snack bar yang bergizi," tutur Maerani.

Ia menjelaskan bahwa prosesnya  tidak sulit. "Pertama, kita bikin dulu tepung dari ampas tahu yang dikeringkan, bisa dengan oven atau dijemur di bawah matahari. Ada juga yang di sangrai. Setelah itu, tepung ini dicampur dengan bahan-bahan tertentu, lalu dicetak jadi snack bar, dan dipanggang selama sekitar 8 hingga 12 menit,” terangnya.

Namun, prosesnya nggak selalu mulus. Maerani mengakui bahwa pada percobaan pertama, snack bar yang dihasilkan masih bau apek khas ampas tahu.

“Kami nggak menyerah, tentu saja. Tim dari BTH dan Unsil terus mencoba berbagai bahan makanan aman yang bisa menghilangkan bau tersebut. Dan akhirnya, formulasi yang tepat ditemukan! Hasilnya, kami berhasil menciptakan makanan bergizi tinggi, baik dalam bentuk snack bar maupun nata de soya,” jelasnya dengan penuh semangat.

Siapa sangka, limbah yang tadinya dianggap sebagai masalah lingkungan, bisa menjadi solusi yang menguntungkan bagi masyarakat! (Ryan Cardio)