Tradisi Berbagi Angpao dan Kue Keranjang dalam Perayaan Imlek, Simbol Kepedulian dan Persaudaraan

Tradisi Berbagi Angpao dan Kue Keranjang dalam Perayaan Imlek, Simbol Kepedulian dan Persaudaraan

TASIK.TV | Perayaan Tahun Baru Imlek tidak hanya menjadi pencatatan tanggal dalam kalender bagi masyarakat Tionghoa; lebih dari itu, merupakan momen besar yang sarat dengan tradisi dan makna mendalam.

Dalam setiap perayaan ini, tradisi-tradisi khas dipelihara dengan penuh kehormatan, termasuk di antaranya adalah kebiasaan berbagi angpao dan menyajikan kue keranjang.

Dalam konteks budaya Tionghoa, berbagi angpao bukan semata-mata sebuah kegiatan, melainkan sebuah tradisi yang sangat dijunjung tinggi. Angpao, berupa amplop merah berisi uang, diberikan kepada anak-anak, mereka yang belum menikah, dan orang tua sebagai simbol kepedulian dan kebahagiaan di hari Imlek.

Wo Tjong Hoa (74), warga Kota Tasikmalaya yang merupakan keturunan etnis Tionghoa dan tinggal di Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia menjelaskan makna dan filosofi di balik tradisi berbagi angpao dan kue keranjang dalam perayaan Imlek. Menurutnya, tradisi ini tak hanya mencerminkan pemberian material semata, tetapi juga mengandung nilai-nilai sosial dan kebersamaan yang mendalam.

"Tradisi memberi angpao diperuntukkan bagi anak-anak atau generasi muda yang belum menikah atau belum bekerja, sebagai simbol berbagi kepedulian dan kebahagiaan di hari Imlek, yang dilakukan oleh orang dewasa yang telah mapan kepada saudara dan kerabat," ungkap Tjong Hoa pada Sabtu 10 Februari 2024.

Kue Keranjang: Simbol Tali Persaudaraan

Selain angpao, kue keranjang juga menjadi simbol penting dalam perayaan Tahun Baru Imlek. Kue yang memiliki tekstur kenyal dan rasa manis ini tak hanya sekadar camilan, melainkan juga sarat dengan makna simbolis bagi masyarakat Tionghoa.

Wo Tjong Hoa, atau yang akrab disapa Ko Tjong Tjong, menjelaskan bahwa kue keranjang merepresentasikan tali persaudaraan. Bahan dasarnya, beras ketan yang lengket, melambangkan hubungan yang erat dan abadi antar sesama. Di momen perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa berharap agar persaudaraan ini juga terjalin kuat di antara rekan dan tetangga.

"Momen Imlek tahun ini, yang bertepatan dengan menjelang Pemilu 2024, tentu kita berharap agar filosofi makna kue keranjang, dengan bahan dari beras ketan yang memiliki sifat lengket, dapat menguatkan persaudaraan dengan rekan dan tetangga. Semoga makna ini membawa kita ke posisi yang lebih tinggi, baik dalam karier maupun perkembangan diri hingga kehidupan di masa mendatang," harap Tjong Hoa.

Ia berharap agar perayaan Tahun Baru Imlek kali ini tidak hanya diisi dengan perayaan tradisional, tetapi juga diwarnai dengan harapan baru. Di tengah situasi politik menjelang Pemilu 2024, harapan untuk persatuan, kebersamaan, dan kemajuan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini.

Dengan menjaga dan merangkul perubahan, sembari tetap memegang erat tradisi-tradisi berharga, masyarakat Tionghoa memasuki Tahun Baru Imlek dengan semangat dan optimisme, menantikan masa depan yang lebih baik.

Menurut Tjong Tjong, perayaan Tahun Baru Imlek bukan hanya sebuah tradisi, tetapi juga merupakan manifestasi dari nilai-nilai kebersamaan, persaudaraan, dan harapan baru.

"Dalam momen penuh kegembiraan ini, mari kita semua bersama-sama merayakan keberagaman budaya dan memperkuat ikatan sosial yang mengikat kita sebagai satu bangsa yang beragam. Semoga Tahun Baru Imlek ini membawa kebahagiaan dan kemakmuran bagi kita semua," pungkasnya.