TASIK.TV | Di malam yang penuh gema kreatif, SMPN 1 Karangnunggal kembali menorehkan sejarah dengan menghadirkan pentas seni melalui ekstrakurikulernya, Sanggar Sumuhun.
Untuk ketiga kalinya, sanggar ini mengusung tema “Menjadi Lebih Baik,” membuktikan bahwa seni adalah jalan panjang menuju transformasi.
Dipimpin oleh Aldy Hernawan, S.Pd, seorang guru honorer yang akrab disapa Ama Dodoy, Sanggar Sumuhun menyajikan drama musikal berjudul Baluweng.
Karya ini tak sekadar pentas, melainkan sebuah refleksi tajam tentang kehidupan masyarakat dan negara.
Dalam balutan panggung megah yang menyulap aula Gedung Serbaguna Desa Cikupa, Ama Dodoy meneror dengan ide-ide segar, membawa seni ke tingkat yang lebih tinggi.
Malam dimulai dengan lantunan sholawat, mengukuhkan akar spiritualitas sebelum energi reggae dari Iki Tuska menggetarkan panggung. Lagu “Aku Pernah Melihatnya Tanpa Make Up” yang dibawakan vokalis Rizky Surya Pangestu, bersama Alfa dan Dek Fikri pada gitar, Nizar di bass, serta drummer Aulia “Kribo” Ikhsan, menghidupkan suasana.
Drama musikal Baluweng menyajikan kisah tentang dua tetangga: satu kaya, satu miskin. Sebuah alegori tentang ketimpangan sosial yang begitu nyata.
Tokoh Emak yang terlilit utang bank emok dan Susan, seorang wanita karir yang sibuk hingga melupakan keluarganya, menjadi cermin kehidupan modern.
Konflik memuncak saat anak-anak mereka jatuh cinta, melawan batasan yang ditetapkan orang tua mereka.
Dengan iringan musik Sanggar Sumuhun Divisi Musik, pesan tentang cinta yang mampu mengubah segalanya terasa begitu mendalam.
Gedung yang dipadati 300 penonton menjadi saksi bagaimana seni menjadi jembatan emosi.
Ucu, pemilik Sanggar Tari Tantri Dance Company, menuturkan bahwa Karangnunggal butuh gedung kebudayaan dan event seperti ini untuk membangkitkan semangat seni.
Dais, seorang penonton yang datang dari jauh, mengungkapkan kekagumannya,
“Makeup aktor-aktornya sangat pas dengan karakter. Saya benar-benar terpesona,” ungkapnya.
Malam itu juga dihadiri Kepala Sekolah SMPN 1 Karangnunggal, yang berkomitmen menjadikan acara ini agenda tahunan, serta Kepala Desa Cikupa yang memberikan dukungan penuh.
Dengan sokongan dari Ngaos Art, Veloce, KKN UNSIL 2024, dan Karang Taruna, acara ini membuktikan bahwa kerja kolektif mampu menciptakan harmoni budaya.
Lebih dari sekadar pentas, Baluweng adalah panen kasih sayang—kasih dari penonton yang tersentuh, kasih dari para seniman yang bekerja tanpa henti, dan kasih dari sebuah desa yang merayakan seni sebagai denyut kehidupannya.