TASIK.TV | Sejak diluncurkan pada tahun 2023, Program Bakul Tasik telah memberikan manfaat kepada sekitar 350 penerima. Program ini menyasar masyarakat kurang mampu di Kota Tasikmalaya, termasuk lansia tunggal miskin, penyandang disabilitas, serta korban bencana alam.
Plt. Kepala Dinas Sosial Kota Tasikmalaya, Ir. Hj. Elly Suminar, M.P, menjelaskan bahwa penerima manfaat program ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu penerima tetap yang menerima bantuan setiap hari dan penerima situasional, seperti korban bencana yang diberikan bantuan secara berkala.
“Sasaran Bakul Tasik sesuai dengan perjanjian awal adalah masyarakat kurang mampu, terutama di sekitar hotel dan restoran, serta warga Kota Tasikmalaya secara umum yang masuk dalam berbagai kategori. Selain itu, kami juga mengacu pada data P3KE dan DTKS untuk memastikan ketepatan sasaran,” ujar Hj. Elly.
Saat ini, sudah ada 20 hotel dan restoran yang turut berpartisipasi dalam program ini. Namun, Dinas Sosial masih terus berupaya menambah jumlah partisipan agar cakupan penerima manfaat semakin luas.
Program Bakul Tasik dijalankan oleh mitra sosial yang terdiri dari berbagai unsur relawan sosial di Dinas Sosial, seperti Taruna Siaga Bencana (Tagana), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), serta Pendamping Program Keluarga Harapan (PPKH).
“Jumlah relawan yang terlibat cukup banyak, di antaranya 43 orang dari Tagana, 69 orang dari PSM, 10 orang dari TKSK, dan 145 orang dari PPKH,” katanya.
Mereka menjalankan tugas secara bergantian. Namun, karena program ini bersifat sosial, tidak ada gaji bagi petugas Bakul Tasik.
“Mereka hanya mendapatkan uang pengganti bensin yang disesuaikan dengan jumlah pengantaran. Sebagian besar relawan menganggap ini sebagai kegiatan amal,” jelas Hj. Elly.
Dinas Sosial Kota Tasikmalaya berencana untuk meningkatkan partisipasi dalam program ini pada tahun 2025. Upaya sosialisasi terus dilakukan agar lebih banyak hotel dan restoran yang bergabung.
Selain itu, pihaknya juga tengah menjalin komunikasi dengan beberapa kabupaten/kota lain untuk mereplikasi program ini di daerah mereka.
Terkait pelaksanaan program saat bulan Ramadan, Dinas Sosial masih berkoordinasi dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk menentukan apakah program tetap berjalan, mengalami perubahan jadwal, atau dihentikan sementara.
Mengakhiri wawancara, Hj. Elly mengajak lebih banyak pihak untuk berkontribusi dalam program ini.
“Kami mengajak dengan tulus tanpa paksaan, karena ini adalah kegiatan sosial,” tuturnya.
Pihaknya terus melakukan sosialisasi dan berharap semakin banyak pelaku usaha yang bergabung, sehingga lebih banyak masyarakat yang terbantu.
“Program ini tidak akan berjalan tanpa dukungan masyarakat, terutama pelaku usaha hotel dan restoran,” pungkasnya.(Ryan)