TASIK.TV | Warga Kampung Panayagan, Desa Sirnasari, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, mengeluhkan semakin menumpuknya sampah di sepanjang trotoar jalan utama wilayah tersebut.
Kondisi ini tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan bagi pejalan kaki, tetapi juga menebarkan aroma tak sedap yang semakin parah saat turun hujan.
“Iya, baunya menyengat sekali, apalagi kalau hujan turun. Air hitam keluar dari tumpukan itu, baunya seperti dari limbah yang membusuk,” ujar Iyay, seorang tukang bentor yang biasa mangkal di sekitar lokasi tumpukan sampah, pada Sabtu 12 April 2025.
Menurut Olih, salah satu warga setempat, sampah-sampah tersebut memang berasal dari warga Kampung Panayagan yang dikumpulkan di titik tersebut sebelum diangkut oleh petugas kebersihan dari pemerintah kabupaten.
“Biasanya, sampah dari tiap rumah dikumpulkan di sini oleh petugas kampung. Nantinya baru diambil oleh petugas sampah dari kabupaten,” jelas Olih.
Namun, ia mengungkapkan bahwa pengangkutan sampah kini menjadi tidak terjadwal. Sebelumnya, sampah diambil rutin setiap hari Senin, tetapi belakangan jadwalnya tidak menentu. Bahkan, sejak usai Lebaran, sampah di lokasi tersebut belum juga diangkut, sehingga terus menumpuk.
“Dulu setiap hari Senin pasti diambil. Sekarang enggak tentu. Ini saja sudah lewat Lebaran, belum juga ada yang angkut,” tambahnya.
Kondisi ini, lanjut Olih, memunculkan keprihatinan dari warga. Selain mencemari lingkungan, keberadaan tumpukan sampah ini juga berdampak buruk terhadap citra masyarakat sekitar.
“Warga di sini justru malu. Kalau begini terus, orang luar mengira kami jorok, buang sampah sembarangan, padahal setiap rumah iuran bulanan untuk biaya angkut sampah sebesar Rp400.000. Tapi pelayanan dari petugas pemerintah ini yang tidak konsisten,” tutupnya.