News

Cinta di Atas Roda, Kisah Istri yang Setia Jadi Kernet Bus Suami

278
×

Cinta di Atas Roda, Kisah Istri yang Setia Jadi Kernet Bus Suami

Sebarkan artikel ini

TASIK.TV | Harmoni dalam rumah tangga adalah dambaan setiap pasangan. Kehidupan yang penuh kasih sayang dan keinginan untuk saling memiliki menjadi fondasi utama dalam membangun hubungan yang langgeng. Salah satu bentuk nyata dari keharmonisan itu bisa dilihat dari kebersamaan yang terus dijaga, termasuk dalam aktivitas sehari-hari.

Hal inilah yang dijalani oleh Enci (32), warga Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya. Demi menjaga keharmonisan dan rasa cinta terhadap suaminya, Enci memilih untuk mendampingi sang suami setiap hari dengan cara yang tak biasa — menjadi kernet bus yang dikendarai oleh suaminya sendiri.

“Aku menjalaninya dengan perasaan senang dan bangga. Lewat cara ini juga aku jadi tahu rasanya susah payah mencari rezeki,” ungkap Enci saat ditemui di salah satu bus jurusan Tasikmalaya–Cikatomas, Minggu 6 April 2025.

Awal mula Enci menjadi kernet bermula dari kebiasaannya ikut suaminya bepergian. Ketika kernet tetap suaminya sering libur, Enci mulai menggantikan peran itu. Awalnya hanya untuk membantu, tapi lama kelamaan ia mulai menikmatinya. Kini, profesi itu telah ia jalani selama hampir empat tahun.

“Waktu itu sering ikut suami, kadang cuma berdiri di pintu bus sambil teriak-teriak cari penumpang. Lama-lama jadi terbiasa dan ternyata seru juga,” kisahnya sambil tersenyum.

Bagi ibu dari dua anak ini, menjadi kernet bukan sekadar membantu mencari nafkah, tetapi juga menjadi cara untuk mempererat ikatan emosional dengan pasangan. Ia merasa kedekatan mereka semakin kuat, tidak hanya saat di rumah, tapi juga saat bekerja bersama di jalanan.

“Yang paling berkesan itu bukan hanya soal uangnya, tapi rasa saling pengertiannya makin terasa. Harmoni itu ternyata bisa dirasakan di mana saja, bahkan di atas bus,” tuturnya.

Meski begitu, menjalani profesi sebagai kernet bukan tanpa tantangan. Berdiri di pintu bus dan bersuara lantang untuk menarik penumpang sudah menjadi rutinitas yang harus dijalani.

“Itu sudah risiko dari awal. Saya sudah siap dengan segala konsekuensinya,” ujar Enci yang kini sudah terbiasa menjalani pekerjaan tersebut.

Enci dan suaminya menghabiskan sebagian besar waktu mereka di jalan. Bahkan, tidur di dalam bus sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka.

“Biasanya kami berangkat terakhir dari Cikatomas jam 5 sore, sampai terminal sekitar jam 7 malam, lalu istirahat sebentar dan lanjut lagi jam 11 malam ke Cikatomas,” jelasnya.

Aktivitas ini mereka lakukan selama empat hari dalam seminggu. Sisa waktunya di rumah Enci gunakan untuk menghabiskan waktu bersama kedua buah hatinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *