News

Dinkes Tasikmalaya Bekali Kader Ansor Teknik Komunikasi Antar Pribadi untuk Cegah Stunting

16
×

Dinkes Tasikmalaya Bekali Kader Ansor Teknik Komunikasi Antar Pribadi untuk Cegah Stunting

Sebarkan artikel ini

TASIK.TV | Pencegahan stunting di Kabupaten Tasikmalaya terus dioptimalkan melalui pendekatan Komunikasi Antar Pribadi (KAP). Dalam Orientasi KAP yang dilaksanakan Selasa 15 Juli 2025 ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya menghadirkan narasumber dari Forum KAP Nasional dan diikuti oleh kader GP Ansor NU Kabupaten Tasikmalaya, para agen perubahan, serta jejaring puskesmas dan posyandu.

Peserta dibekali pemahaman mendalam tentang pentingnya komunikasi efektif saat memberikan edukasi kepada masyarakat.

“Komunikasi antar pribadi bukan hanya menyampaikan informasi, tapi bagaimana kita membangun kedekatan emosional dengan masyarakat. Perubahan perilaku dimulai saat mereka merasa dihargai dan didengarkan,” ujar Risang Rimbatmaja saat menyampaikan materi di hadapan peserta orientasi.

Risang memaparkan, komunikasi antar pribadi mencakup proses penyampaian dan penerimaan pesan secara verbal maupun nonverbal, baik antara dua orang maupun kelompok.

Ia menekankan pentingnya penggunaan nama saat berkomunikasi, karena panggilan nama dapat mengaktivasi otak dan menyentuh hati lawan bicara, sehingga pesan lebih mudah diterima.

Baca juga: Dinkes Tasikmalaya Libatkan GP Ansor Tekan Angka Stunting Melalui Penguatan CSPA

Selain itu, peserta juga dilatih berbagai teknik membangun suasana komunikasi, di antaranya permainan ice breaking, lagu gerak, tepuk konsentrasi, serta penggunaan kontak mata dan ekspresi wajah yang ramah.

“Kalau komunikasi kita menyenangkan, masyarakat akan terbuka. Misalnya, saat kader posyandu mengajak ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah, gunakan nama mereka dan beri pertanyaan terbuka untuk menggali pendapat mereka,” jelas Risang.

Materi juga mengajarkan mendengarkan aktif, yaitu mendengar tanpa prasangka, menyimak untuk menemukan tema pokok, dan menggunakan paraphrasing atau mirroring agar lawan bicara merasa dihargai.

“Contohnya ketika ibu-ibu mengeluhkan air bersih, kita bisa mengulang poin keluhannya dengan bahasa kita sendiri sebelum memberi tanggapan. Ini akan membuat mereka merasa didengar dan dipercaya,” imbuh Risang.

Menurutnya, dengan pendekatan KAP, kader di lapangan dapat membantu masyarakat berpindah dari tahap tahu, mau, hingga mampu mengubah perilaku untuk hidup lebih sehat.

“Tujuan akhirnya bukan hanya mereka tahu pentingnya pencegahan stunting, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” tegasnya.

Orientasi tersebut diakhiri dengan praktik komunikasi antar pribadi oleh para peserta dan komitmen bersama untuk menjadikan komunikasi sebagai sarana transformatif dalam upaya menurunkan angka stunting di Kabupaten Tasikmalaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *