News

Kampung Rujak Sukatani, Tradisi Dagang Buah yang Menurun dari Generasi ke Generasi

227
×

Kampung Rujak Sukatani, Tradisi Dagang Buah yang Menurun dari Generasi ke Generasi

Sebarkan artikel ini

TASIK.TV | Kampung Sukatani yang terletak di Desa Tanjungsari, Kecamatan Salawu, memiliki julukan unik di kalangan masyarakat: Kampung Rujak. Nama tersebut bukan tanpa alasan—sekitar 80 persen warga di kampung ini berprofesi sebagai penjual rujak buah.

“Hampir seluruh warga di satu RT sini memang berjualan rujak,” ungkap Nana Sumarna, salah satu tokoh masyarakat yang juga sudah puluhan tahun menekuni profesi serupa.

Menurut Nana, tradisi berjualan rujak buah seperti nanas, jambu batu, jambu air, bengkuang, ubi, dan belimbing ini telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi sebelumnya.

“Saya sendiri mulai ikut jualan rujak sejak usia 15 tahun, diajak sama bapak saya. Sekarang umur saya sudah 55, punya empat anak dan enam cucu,” tuturnya saat ditemui pada Kamis (3/4/2025).

Menariknya, meski semua anak Nana adalah perempuan, profesi berdagang rujak tetap berlanjut melalui para menantu laki-lakinya, yang kini juga berjualan rujak.

Selama puluhan tahun berjualan, Nana mengaku pernah mengadu nasib di berbagai kota besar seperti Garut, Bandung, Cianjur, Bekasi, Depok, Jakarta, dan kini sudah menetap di Bogor selama 15 tahun.

“Sudah banyak kota saya lewati untuk jualan,” katanya sambil tersenyum.

Tentu saja, profesi ini punya suka dan duka. Nana mengatakan, musim hujan menjadi masa paling sulit bagi pedagang rujak.

“Kalau hujan terus seminggu lebih, kita bisa rugi besar. Bahkan banyak teman-teman pedagang yang sampai gulung tikar karena dagangan nggak laku,” jelasnya.

Sebaliknya, momen paling menguntungkan adalah ketika ada acara-acara besar seperti jalan santai, konser musik, atau kegiatan pemerintah di pusat kota.

“Kalau ada event ramai gitu, pembeli bisa sampai ribuan. Jualan bisa habis dalam waktu 3 sampai 4 jam saja,” tambahnya.

Untuk soal keuntungan, Nana menyebut bahwa hasil bersih biasanya sekitar 50 persen dari modal awal.

“Kalau modal Rp150 ribu, keuntungannya bisa Rp150 ribu juga. Tapi kalau lagi ramai banget, bisa lebih dari itu,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *