Lomba Ketangkasan Adu Domba Meriahkan Budaya Sunda di Tasikmalaya
TASIK.TV | Sebuah ajang ketangkasan adu domba tingkat Jawa Barat digelar di Kampung Cihideung, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. Kegiatan ini menjadi bagian penting dari budaya lokal yang sarat dengan nilai historis, sosial, dan ekonomi.
Adu domba ini juga menjadi ajang berkumpulnya masyarakat untuk memperkuat tali silaturahmi antar peternak dan tokoh masyarakat.
Di lapangan yang cukup luas, ratusan penonton terlihat antusias menyaksikan pertandingan, sementara alunan musik khas Sunda terus mengiringi jalannya acara.
Wa Jabrig, seorang peternak domba adu asal Indihiang, menjelaskan bahwa kegiatan ini diikuti oleh 300 ekor domba pilihan dari berbagai daerah di Jawa Barat.
"Domba-domba yang bertanding dinilai berdasarkan beberapa aspek seperti keberanian dan kesehatannya. Aturan pertandingan juga sudah diatur oleh Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Kabupaten Tasikmalaya, termasuk pembatasan jumlah pukulan dalam satu pertandingan, yaitu sebanyak 20 kali. Pukulan pertama sebanyak 15 kali, kemudian pertandingan dihentikan sementara untuk perawatan. Setelah perawatan, pertandingan dilanjutkan dengan sisa 5 pukulan," jelas Wa Jabrig.
Sementara itu, Kang Akey, seorang peserta dari Malangbong, Garut, menambahkan bahwa adu ketangkasan ini dibagi dalam beberapa kelas berdasarkan berat badan domba.
"Ada tiga kelas dalam lomba ini, yakni Kelas C dengan berat domba 65 kg, Kelas B untuk domba dengan berat 65-75 kg, dan Kelas A untuk domba di atas 75 kg," ujar Kang Akey.
Ia juga menekankan bahwa seni ketangkasan domba Garut merupakan warisan budaya masyarakat Sunda yang sudah ada sejak tahun 1800-an.
"Ini bukan hanya pertandingan, tapi juga ajang silaturahmi antar peternak dan tokoh masyarakat," tambahnya.
Kang Akey juga mengungkapkan ciri khas domba Garut yang menjadi ikon dalam ajang ini.
"Domba Garut asli memiliki tubuh yang lebih besar, dengan domba jantan dewasa berbobot 60-80 kg, sedangkan domba betina memiliki berat sekitar 30-40 kg. Tanduk domba jantan melengkung ke belakang dengan ujung yang membentuk spiral, dan pangkal tanduk hampir menyatu," pungkasnya.
Ajang ini tidak hanya menghibur masyarakat tetapi juga menjaga kelestarian tradisi budaya yang terus diwariskan turun-temurun di Jawa Barat.(Ryan Cardio)