Naiknya Harga Beras Tak Meningkatkan Kesejahteraan Petani

Naiknya Harga Beras Tak Meningkatkan Kesejahteraan Petani

TASIK.TV | Meskipun terjadi kenaikan harga beras, kesejahteraan para petani, terutama buruh tani, tidak mengalami peningkatan. Mereka yang mengandalkan penghasilan dari upah menanam padi merasa bahwa untung dari kenaikan harga tersebut hanya dinikmati oleh pemilik lahan dan bandar beras.

Jubaedah, seorang buruh tani di Kelurahan Sirnagalih, Kecamatan Indihiang, menyampaikan realitas yang dihadapi oleh sesama buruh tani.

"Buruh tani yang mengandalkan penghasilan dari upah menanam padi, membersihkan gulma, dan tugas lainnya dengan bayaran sekitar 50 ribu sampai beduk dzuhur, tetap saja berada dalam kondisi seperti ini," ujarnya.

Menurutnya, idealnya, jika pemilik sawah meraih keuntungan dari penjualan beras, upah buruh tani juga seharusnya ikut naik.

Mak Juju sapaan Jubaedah berpendapat bahwa buruh tani saat ini menjadi semakin langka, dan oleh karena itu, mereka seharusnya mendapatkan penghargaan yang setara dengan upaya dan kontribusi mereka.

Kenaikan upah bagi buruh tani diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk terlibat dalam sektor pertanian.

Juju, bersama dengan tiga rekan kerjanya, mengakui bahwa mereka tidak memiliki banyak pilihan dan terus menjalani profesi yang telah digeluti selama puluhan tahun.

"Harusnya ada bantuan untuk buruh tani di luar bantuan sosial yang memang sering saya terima," ungkapnya.

Kenaikan harga beras seharusnya memberikan dampak positif pada semua pihak yang terlibat dalam rantai produksi, termasuk buruh tani.

Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa perlunya perhatian khusus terhadap kesejahteraan para pekerja pertanian yang turut berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. 

Dengan memberikan penghargaan dan upah yang layak, diharapkan sektor pertanian dapat menjadi pilihan menarik bagi generasi muda serta menjaga keberlanjutan sektor ini.