Penelusuran Jejak Prabu Jaya Pertika, Perjalanan Disporabudpar Kota Tasikmalaya di Tamansari

Penelusuran Jejak Prabu Jaya Pertika, Perjalanan Disporabudpar  Kota Tasikmalaya di Tamansari

TASIK.TV | Disporabudpar Kota Tasikmalaya semakin gencar menelusuri sejarah objek yang diduga sebagai Cagar Budaya. 

Kepala Bidang Kebudayaan, H. Suroyo, bersama timnya mengunjungi salah satu objek tersebut di Kelurahan Setiawargi, Kecamatan Tamansari. 

"Kami mendapat informasi dari warga setempat bahwa di sini ada sebuah makam tua, yaitu makam Prabu Jaya Pertika," ujar H. Suroyo.

Sebelum masuk ke area makam, Tim bertemu dengan kuncen untuk meminta izin dan menggali informasi lebih lanjut. 

Menurut penuturan kuncen, makam tersebut sering dikunjungi peziarah dari berbagai daerah. Salah satu hal yang menarik perhatian tim adalah kemunculan beberapa ekor merak di sekitar makam, yang tiba-tiba muncul dan kemudian menghilang.

Setelah berbincang dengan kuncen, Adang, tim melanjutkan perjalanan menuju kompleks makam melalui jalan setapak. 

Baca Juga: Selamatkan Sejarah, Peran Aktif Stakeholder Penting untuk ODCB

"Kondisi area makam, terutama Makam Jaya Kusumah, memang terlihat kurang terawat," kata Adang sambil menunjukkan makam tersebut kepada tim.

Kuncen Adang juga menceritakan sejarah wilayah tersebut, mulai dari abad ke-12 ketika Cikaleker, Nyemplong, dan Cidarengdeng (Setiawargi) berada di bawah Kerajaan Galunggung yang dipimpin oleh Batari Hiang. 

"Pada abad ke-15, wilayah ini berada di bawah kekuasaan Raja Galuh, yang pusat kerajaannya di Kawali, Ciamis," lanjutnya. 

Ia menambahkan bahwa pada tahun 1521, Kerajaan Galuh, Cirebon, dan kerajaan-kerajaan Sunda lainnya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi.

Adang juga menceritakan masa-masa sulit di awal abad ke-22, ketika Kerajaan Islam Mataram mulai menguasai wilayah Priangan sebagai bagian dari perjuangan melawan penjajah Belanda di Batavia. 

"Saat itu, banyak dai Islam datang ke Sukapura, termasuk Setiawargi, atas perintah Kerajaan Islam Mataram," jelas Adang. 

Ia menutup ceritanya dengan menyebutkan bahwa makam Prabu Jaya Pertika, Prabu Jaya Kusumah, dan Prabu Eyang Patih Kusumah sejalan dengan zaman Kang Jeng Syekh Abdul Muhyi dari Pamijahan yang menyebarkan agama Islam di daerah Selatan. (Ryan Cardio)