Pertanian dan Perikanan Terancam, Dampak Buruk Sampah di Sungai Ciwulan

Pertanian dan Perikanan Terancam, Dampak Buruk Sampah di Sungai Ciwulan

TASIK.TV | Hujan yang tak henti-hentinya mengguyur Kota Tasikmalaya beberapa hari terakhir telah menyebabkan bencana banjir dan longsor melanda sebagian wilayah. Namun, dampak hujan bukan hanya terbatas pada genangan air dan tanah longsor, melainkan juga menimbulkan masalah serius lainnya. 

Guyuran hujan deras membawa puluhan ton sampah dari saluran irigasi yang bermuara ke sungai Ciwulan, menciptakan pemandangan yang mengenaskan.

Pantauan TASIK.TV di beberapa titik bantaran sungai Ciwulan, khususnya di Kp. Leuwibudah dan Kp. Leuwibilik, Kecamatan Kawalu, menunjukkan gundukan sampah yang semakin menumpuk. Sampah tersebut berasal dari hulu sungai Ciwulan, terdiri dari sampah plastik dan sampah rumah tangga. Keberadaan tumpukan sampah ini menjadi semakin serius setelah hujan deras.

Entis, seorang warga Kampung Cukang, Tanjung, Kawalu, Kota Tasikmalaya, yang berada di bantaran sungai Ciwulan di bawah jembatan gantung Leuwibudah, mengungkapkan kekhawatirannya mengenai masalah sampah ini. 

Setiap hari, sejak pukul enam pagi, kata dia, warga sekitar turun ke sungai untuk memungut sampah plastik. Beberapa warga bahkan mencari kayu-kayu yang hanyut untuk dijadikan kayu bakar. 

Namun, tidak semua sampah plastik dapat diambil oleh warga sekitar. Hanya sampah plastik botol yang memiliki nilai jual yang diambil untuk dijual kepada penampung rongsok, yang kemudian akan menjualnya kepada pengusaha daur ulang.

Sampah plastik seperti kemasan shampo dan makanan ringan dari berbagai produk semakin menumpuk, demikian juga dengan limbah styrofoam bekas kemasan elektronik dan makanan. 

Ketua Gapoktan Bunga Tanjung Kel. Tanjung Kec. Kawalu Kota Tasikmalaya, Ahmad Syahroni menjelaskan betapa mengganggunya keberadaan sampah di sungai Ciwulan dan anak-anak sungainya. 

"Sampah-sampah ini menghambat aliran air ke drainase yang berfungsi sebagai saluran air untuk beberapa lahan pertanian," ujarnya. 

Ahmad menekankan bahwa sampah plastik harus segera diatasi karena mengganggu penyediaan air dan merusak kualitas air.

Menurutnya, dampak dari sumbatan sampah di sungai, terutama di saluran-saluran kecil, sangat terasa bagi masyarakat pertanian, terutama petani yang menanam padi. 

Air yang mengalir ke sawah terkontaminasi oleh limbah dapur dan sampah yang berasal dari konveksi. Tidak hanya petani padi yang terkena dampaknya, petani ikan juga terganggu oleh keadaan ini. Pertumbuhan ikan dan ekosistem udara menjadi lambat bahkan merugikan. 

Ahmad menyoroti kekhawatiran akan sampah-sampah yang menumpuk di sungai-sungai kecil seperti Cilamajang, Cikunten, dan Cipari, terutama risiko sisa zat kimia dari limbah konveksi yang sangat mengganggu. Hal ini berdampak pada petani ikan dan mengurangi produktivitas hasil panen para petani yang menggeluti bidang perikanan.

Ahmad menambahkan bahwa potensi alam dan sumber daya manusia di Kota Tasikmalaya masih sangat besar. Hanya di wilayah yang dikelolanya terdapat 18 kelompok tani yang membawahi beberapa kelompok tani di berbagai kelurahan di kecamatan Kawalu dan Mangkubumi. 

Jumlah kelompok tani mencapai 53, dengan jumlah Kelompok Wanita Tani (KWT) sebanyak 153. Total masyarakat pertanian di wilayah tersebut, baik di sektor pertanian padi maupun perikanan, mencapai 684 kelompok. Data tahun 2017 menunjukkan bahwa luas lahan sawah mencapai 5.826 hektar, sedangkan luas lahan tegalan atau kebun mencapai 2.554 hektar.

Dalam situasi seperti ini, perlunya penanganan serius terhadap masalah sampah plastik dan limbah lainnya di sungai Ciwulan menjadi semakin mendesak. Selain berdampak negatif bagi lingkungan dan ekosistem, sampah-sampah ini juga merugikan sektor pertanian dan perikanan yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat setempat. 
Dibutuhkan upaya bersama antara pemerintah, masyarakat, dan stakeholder terkait untuk menjaga kebersihan dan kesehatan sungai serta memastikan keberlanjutan pertanian dan perikanan di Kota Tasikmalaya.