News

Senja dengan Dua Kematian, Tragedi Keluarga yang Mencerminkan Krisis Bangsa

484
×

Senja dengan Dua Kematian, Tragedi Keluarga yang Mencerminkan Krisis Bangsa

Sebarkan artikel ini

TASIK.TV | Kelompok Teater Candu Bandung kembali mempersembahkan sebuah pementasan teater dengan tema problematika keluarga yang menghadapi perjuangan untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga serta menghadapi tantangan sosial yang ada di sekitarnya.

Pementasan ini mengangkat pertanyaan relevansi sebuah drama keluarga di tengah fenomena bangsa yang terus dilanda masalah demi masalah.

Apakah persoalan bangsa lebih penting untuk dipikirkan dibandingkan kepentingan individu yang berjuang demi kehidupannya?

Negara ini telah berada di ambang krisis kepercayaan dari rakyatnya. Para pemimpin dan penegak hukum semakin jauh dari tugas mereka untuk menyejahterakan dan melindungi masyarakat.

Ketimpangan sosial-ekonomi semakin lebar dan sulit diperbaiki meski kemajuan teknologi terus berkembang.

Alih-alih membahas negara secara langsung, pementasan ini memproyeksikan kompleksitas kehidupan melalui kisah seorang anak perempuan yang menghadapi ayahnya yang gemar berjudi, mabuk, dan berselingkuh.

Ia harus menghadapi berbagai permasalahan, termasuk menjadi jaminan hutang serta korban kekerasan seksual.

Dalam keadaan tersebut, sang ibu sakit-sakitan dan meninggal dunia. Sang ayah yang penuh prasangka menuduh istrinya memiliki kekasih lain, sementara kenyataannya, ia bukanlah ayah kandung dari anak tersebut.

Tentang Pertunjukan
Drama berjudul “Twilight Tragedy” ini diadaptasi dari naskah “Senja dengan Dua Kematian” karya Kirdjomulyo yang ditulis pada tahun 1950-1970.

Drama ini mengusung genre tragedi, di mana setiap adegan membawa penonton masuk ke dalam konflik psikologis yang dialami oleh karakter-karakternya.

Sosok Tuan Kardiman, seorang kepala keluarga yang berusaha membenarkan tindakan-tindakannya, menjadi pusat kisah ini.

Ia bahkan menjual keperawanan anak gadisnya sendiri, Wijasti, yang kemudian menjadi korban kekerasan seksual sebagai bentuk balas dendam dari Karnowo terhadap Tuan Kardiman.

Kehadiran sosok wanita bergaun kimono layaknya geisha dari negeri Sakura menambah dimensi tragedi dalam kisah ini.

Keluarga tersebut sudah tidak bisa terselamatkan dari kehancuran. Tokoh Sumadijo yang kurus dan terlihat lemah diharapkan menjadi penyelamat keluarga yang telah hancur berantakan.

Jadwal Pementasan
Pementasan “Twilight Tragedy” akan dipentaskan secara roadshow, dimulai dengan showcase di Perpustakaan Ajip Rosidi, Jl. Garut No. 2, pada 19 Februari 2025 pukul 20.00 WIB. Selanjutnya, pementasan akan berlanjut di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya:

  • 21-22 Februari 2025 di Studio NgaosArt, Kota Tasikmalaya
  • 24 Februari 2025 di MAN 2 Tasikmalaya, Singaparna, Kab. Tasikmalaya

Selama bulan Ramadhan, roadshow akan dilanjutkan di berbagai kampus di Kota Bandung, antara lain:

  • Universitas Islam Bandung (UNISBA)
  • Universitas Maranatha
  • Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati
  • Universitas Parahyangan (UNPAR)

Tentang Sutradara
Heksa Ramdono, lahir di Kota Bogor pada 23 Juli 1980, menekuni dunia teater di STSI Bandung (sekarang ISBI). Ia berperan sebagai sutradara sekaligus aktor dalam pementasan ini, serta merupakan pendiri Teater Candu Bandung.

“Teks dapat diinterpretasikan tanpa batas. Oleh karena itu, kita tidak perlu mengambil kesimpulan mutlak karena kebenaran tidak selalu tunggal, absolut, dan universal.”Jacques Derrida

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *