Tantangan Sosial di Kota Tasikmalaya di Tengah Pembangunan Pesat

Tantangan Sosial di Kota Tasikmalaya di Tengah Pembangunan Pesat

TASIK.TV | Kota Tasikmalaya, yang dikenal sebagai Kota Santri, mengalami perkembangan pesat dengan lonjakan minat investor. Namun, di balik gemerlapnya pembangunan, terjadi peningkatan jumlah gelandangan dan pengemis (gepeng) yang menjadi perhatian serius.

Dalam operasi terbaru yang melibatkan Satpol PP dan Dinas Sosial Kota Tasikmalaya menjelang lebaran, sebanyak 32 pengamen, pengemis, anak jalanan, dan badut jalan berhasil ditangkap. Plt Kepala Dinsos Kota Tasikmalaya, Wawan Gunawan, mengakui bahwa fenomena urban ini belum dapat ditangani secara tuntas. Sekitar 30 persen dari mereka merupakan orang luar daerah, yang diberikan peringatan untuk kembali ke kampung halaman jika tidak memiliki aktivitas yang jelas di kota ini.

Dalam menanggapi masalah ini, Dinsos bersama Dinas Pendidikan merancang konsep sekolah lapangan untuk anak-anak putus sekolah yang terjun ke jalanan. Tujuan sekolah lapangan ini adalah mencegah mereka kehilangan hak dasar, terutama dalam hal pendidikan, agar bisa dibina dan diarahkan kembali ke lingkungan keluarga mereka.

Selain itu, persoalan sosial di Kota Tasikmalaya juga mencakup masyarakat berkebutuhan khusus. Aris Rahman, dari Paguyuban Pegiat Disabilitas Kota Tasikmalaya (Papeditas), menyampaikan keprihatinannya terhadap peningkatan jumlah gelandangan dan pengemis di kalangan masyarakat berkebutuhan khusus.

"fakta bahwa beberapa orang tuna wicara di jalur utama jalan berprofesi sebagai pengatur lalu lintas, yang meskipun halal namun kurang memberikan prospek yang baik bagi kemandirian para penyandang disabilitas," ungkapnya.

Menyikapi langkah-langkah pemerintah, Aris mengapresiasi inisiatif sekolah lapang yang diusulkan oleh Dinas Sosial,

"namun menekankan pentingnya mengantarkan para peserta pelatihan ke jenjang kemandirian dan pekerjaan yang bisa menjadi mata pencaharian," tegasnya.