News

Wakil Wali Kota Tasikmalaya Dicky Candra Usulkan Pendopo Lama Jadi Museum Sejarah

75
×

Wakil Wali Kota Tasikmalaya Dicky Candra Usulkan Pendopo Lama Jadi Museum Sejarah

Sebarkan artikel ini

TASIK.TV | Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Raden Dicky Candranegara atau yang akrab disapa Dicky Candra, mengajukan usulan strategis kepada Kementerian Kebudayaan RI agar pendopo lama yang terletak di kawasan alun-alun Kota Tasikmalaya dialihfungsikan menjadi museum sejarah.

Inisiatif ini bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai budaya serta mengoptimalkan pemanfaatan aset publik yang selama ini belum digunakan secara maksimal. Usulan tersebut disampaikan langsung oleh Dicky Candra kepada Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, dalam sebuah pertemuan resmi di Jakarta.

“Kami telah berdiskusi dengan Pak Menteri Fadli Zon terkait rencana pembangunan museum atau diorama sejarah di lokasi tersebut,” ujar Dicky saat diwawancarai media pada Jumat, 13 Juni 2025.

Selain mengajukan rencana ke pemerintah pusat, Dicky Candra juga aktif berkoordinasi dengan Bupati Tasikmalaya, Cecep Nurul Yakin, guna membahas pemanfaatan aset milik Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya yang berada di wilayah kota. Salah satu aset yang masuk dalam pembahasan adalah gedung eks Sekretariat Daerah (Setda) lama.

Baca juga: LSM PADI Kritik Keras 100 Hari Kepemimpinan Wali Kota Tasikmalaya Viman Alfarizi Gagal Total

Bangunan tersebut, yang letaknya berdekatan dengan pendopo, direncanakan untuk difungsikan sebagai area parkir dan zona usaha bagi pelaku UMKM. Langkah ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal.

“Kolaborasi antara Pemkot dan Pemkab Tasikmalaya ini diharapkan bisa memaksimalkan manfaat dari seluruh aset yang ada demi kesejahteraan warga,” tambahnya.

Dicky menyadari bahwa realisasi gagasan ini memerlukan waktu dan perencanaan yang matang. Namun, ia tetap optimis bahwa pendopo lama bisa disulap menjadi museum yang terbuka untuk publik, sekaligus menjadi magnet budaya dan ekonomi.

“Kami ingin pendopo bisa diakses oleh semua kalangan, tidak eksklusif. Ini warisan sejarah, dan selayaknya menjadi ruang edukasi bagi masyarakat,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *