News

Drama Musikal “Cangkilung” Pukau Penonton di Gedung Kesenian Tasikmalaya

18
×

Drama Musikal “Cangkilung” Pukau Penonton di Gedung Kesenian Tasikmalaya

Sebarkan artikel ini

TASIK.TV | Pertunjukan drama musikal “Cangkilung” oleh mahasiswa kelas penyajian drama Sendratasik Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS) berhasil memukau penonton dengan naskah karya Nunu Nazarudin. Acara yang diselenggarakan di Gedung Kesenian Tasikmalaya ini mendapat apresiasi tinggi dari berbagai pihak.

Drs. Suroto dari Disporabudpar Kota Tasikmalaya menyatakan kegembiraan dan kebanggaannya terhadap kualitas pertunjukan meskipun masih dalam tahap ujian.

“Saya sangat bangga, kalo saya jadi dosen akan saya berikan nilai A,” ucapnya.

Dr. Lilis Lismayanti, S.Kep., M.Kep., Wakil Rektor I UMTAS, juga mengungkapkan harapannya agar mahasiswa Sendratasik dapat menjadi lulusan yang unggul dan islami.

“Saya terkesan dengan cara mahasiswa mempertahankan nilai-nilai Islam dalam pementasan, termasuk dengan mengenakan hijab meski berperan dengan wig,” ungkapnya.

Drama “Cangkilung” membawa pendekatan surealisme, dengan kata “Cangkilung” yang berarti hama dalam bahasa Sunda diinterpretasi ulang oleh Kahfi dan Ikok, serta didukung musik dari Ngaos Art. Pertunjukan ini mendapat berbagai tanggapan dari penonton, salah satunya Dedi Siregar yang memberikan kritik bahwa para aktor belum sepenuhnya menguasai realisme. Sementara itu, Nunu Nazarudin sebagai penulis naskah memberikan beberapa catatan terkait akting dan proses editing.

Surealisme dalam teater berupaya menggambarkan pikiran bawah sadar dan realitas yang lebih tinggi dari dunia nyata, dengan ciri-ciri seperti penggambaran alam bawah sadar, logika yang tidak linier, penggunaan simbolisme, eksperimen visual dan auditori, serta penekanan pada emosi dan psikologi karakter. Meskipun demikian, beberapa elemen surealisme ini belum sepenuhnya terealisasi dalam pementasan “Cangkilung”.

Aktor-aktor angkatan 2021 mengatakan, “Malam ini cahaya milik kami,” setelah melalui proses satu semester yang akhirnya melahirkan karya ini. Irma, sebagai pimpinan produksi, menjelaskan bahwa proses inkubasi dalam kelas ini dimulai dari pengembangan ide, latihan, dan kolaborasi. Setelah mendapatkan naskah, ada pengembangan naskah di mana penulis dan sutradara bekerja sama untuk menyempurnakan cerita, karakter, dan dialog.

Proses ini melibatkan workshop dan latihan, di mana aktor dan kru teknis berkumpul untuk mencoba adegan-adegan tertentu, mengeksplorasi interpretasi karakter, dan menguji elemen-elemen teknis seperti pencahayaan dan suara. Kahfi dan Ikok mengeksplorasi karakter dengan latihan individu dan kelompok untuk menciptakan penampilan yang autentik dan mendalam. Mereka bersyukur selama enam bulan ini bisa mencapai hasil yang memuaskan.

Tradisi sebelum lahirnya karya ini selalu melibatkan Feedback Loop, di mana penonton terbatas atau kolega teater lainnya diundang untuk melihat latihan atau pertunjukan awal dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Umpan balik ini kemudian digunakan untuk memperbaiki pertunjukan sebelum tampil di hadapan penonton yang lebih luas.

Proses inkubasi ini memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan ide-ide mereka dengan lebih matang, mengatasi tantangan, dan menciptakan produksi yang berkualitas tinggi. Pertunjukan “Cangkilung” adalah bukti nyata dedikasi dan kerja keras mahasiswa Sendratasik UMTAS.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *