TASIK.TV | Di saat sebagian besar masyarakat mengeluhkan kenaikan harga beras yang terus melambung tinggi, ternyata ada sebagian warga yang menanggapinya dengan dingin. Kenaikan harga beras di pasaran tidak mempengaruhi keterpenuhan kebutuhan beras sehari-hari bagi mereka.
“Alhamdulillah, Pak. Sejak musim panen dimulai seperti sekarang, banyak yang ikut gacong (menuai padi di sawah milik orang-red), sehingga bisa membantu memenuhi kebutuhan beras sehari-hari,” ujar Wiwi (40 tahun), warga Sindangsono, Desa Sukamanah, sambil memanen padi di lahan sawah tetangganya, di Kampung Heulang Mangkak, pada Sabtu, 2 Maret 2024.
Bagi sebagian besar warga, kegiatan gacong merupakan momen yang ditunggu-tunggu. Dengan bergabung dalam gacong, mereka mendapatkan upah berupa gabah dari pemilik sawah.
“Upahnya bervariasi tergantung dari hasil gacongnya. Kadang bisa mendapat 15 kilogram gabah, 20 kilogram, bahkan ada yang bisa mencapai 25 kilogram gabah,” ungkap Wiwi.
Dari 15 kilogram gabah tersebut, setelah dijemur hingga kering dan digiling menjadi beras, Wiwi menyatakan bahwa biasanya menghasilkan sekitar 8 kilogram beras.
“Itu sudah cukup lumayan, Pak. Delapan kilogram beras bisa mencukupi kebutuhan kami selama empat hari,” ucap Wiwi yang mengaku memiliki lima anggota keluarga.
Warga yang aktif dalam kegiatan gacong biasanya tidak hanya berada di satu lokasi. Saat musim panen tiba, mereka bisa terlibat dalam gacong di tiga atau empat tempat berbeda. Seperti yang diungkapkan oleh Umyati, yang saat itu terlihat sibuk dengan kegiatan gacong.
Dengan berpartisipasi dalam gacong, ia mengatakan bahwa ini membantu mengurangi beban biaya pembelian beras.
“Ketika gacong dilakukan di beberapa tempat, hasilnya juga bisa lebih banyak. Misalnya, dalam seminggu bisa gacong di tiga tempat, penghasilan dari gacong bisa mencapai 60 kilogram gabah,” kata Umyati.
Namun, pendapatan tersebut sangat tergantung pada kondisi padi yang dipanen. Jika kondisi padi baik, pendapatan bisa mencapai angka tersebut. Namun, jika padinya jelek atau tidak berisi (hapa), maka upah yang didapatkan pun akan berkurang.
“Jika padinya tidak bagus, banyak gabah yang terbuang karena tidak berisi,” jelas Umyati.