TASIK.TV | Anemia tidak mengenal status sosial dan sering kali disebabkan oleh pola makan yang salah. Anak-anak yang tidak sarapan sebelum berangkat sekolah, serta mengonsumsi makanan yang tidak bergizi dan kurang minum, rentan terkena anemia. Kondisi ini, jika dibiarkan, dapat berkembang menjadi anemia berat yang berisiko menimbulkan stunting.
Hal tersebut disampaikan oleh Anita Rahmani, S.ST, SKM, penanggung jawab program Ausrem di Puskesmas Cilembang, Kota Tasikmalaya pada Selasa 20 Agustus 2024.
Anita menjelaskan hubungan erat antara anemia dan stunting, khususnya pada remaja putri.
“Gejala anemia pada remaja putri bisa dikenali melalui tanda-tanda seperti 5L (Lemah, Letih, Lesu, Loyo, Lelah). Kondisi ini menyebabkan mereka kehilangan semangat, dan oleh karena itu, kami selalu memberikan edukasi dan berkolaborasi dengan Promkes untuk menyelenggarakan penyuluhan tentang kesehatan, khususnya anemia,” jelas Anita.
Anita juga mengungkapkan bahwa berdasarkan pengalaman tim tenaga kesehatan di lapangan, anemia banyak ditemukan pada siswa tingkat SMP dan SMA. Setelah melalui skrining, ditemukan dua jenis anemia, yaitu anemia ringan dan anemia berat.
“Pada tahun 2023 hingga 2024, kami melihat adanya penurunan kasus anemia berat menjadi anemia ringan setelah dilakukan edukasi dan tindak lanjut di sekolah-sekolah,” tambahnya.
Menurut Anita, anemia dapat dibedakan berdasarkan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah.
“Anemia ringan memiliki kadar Hb antara 10 g/dl hingga batas normal terendah, anemia sedang 8-10 g/dl, anemia berat 6,5-7,9 g/dl, dan yang paling berbahaya serta mengancam nyawa jika Hb kurang dari 6,5 g/dl,” paparnya.
Untuk mencegah anemia, Anita menyarankan agar remaja putri rutin mengonsumsi tablet penambah darah dan mengatur pola makan dengan gizi seimbang yang terdiri dari sayuran, buah-buahan, daging, dan protein.
“Saya berharap generasi muda, khususnya remaja putri, bebas dari anemia karena mereka adalah calon ibu di masa depan. Dengan demikian, kita dapat mencegah terjadinya generasi stunting,” tegasnya.
Anita menjelaskan bahwa anemia adalah cikal bakal stunting.
“Anemia pada remaja putri menyebabkan rendahnya kadar Hb, yang berakibat pada kurangnya semangat karena defisiensi zat besi,” ucapnya.
Kondisi ini menurunkan produksi sel darah merah yang optimal, dan ketika mereka menikah serta hamil, kondisi ini bisa mempengaruhi pertumbuhan bayi yang dikandungnya.
“Anak yang lahir dari ibu dengan anemia cenderung mengalami gangguan pertumbuhan (growth faltering) pada usia 6-12 bulan, yang kemudian dapat berkembang menjadi stunting,” pungkasnya.(Ryan Cardio)