TASIK.TV | Forum Komunikasi Pecinta Alam Tasikmalaya (FKPAT) menggelar diskusi lingkungan bertajuk “Hentikan Polusi Plastik di Pendakian Jalur Cisayong-Talaga Bodas” pada Senin, 2 Juni 2025, di Sekretariat FKPAT, Jalan Dadaha, Kota Tasikmalaya.
Kegiatan ini menjadi bentuk kepedulian komunitas pecinta alam terhadap maraknya pencemaran sampah plastik di kawasan jalur pendakian yang kini semakin ramai dikunjungi.
“Kegiatan ini adalah respon dan kepedulian kami terhadap lingkungan. Kami menyayangkan masih banyaknya sampah berserakan di jalur pendakian, yang mencerminkan kurangnya tanggung jawab dari sebagian pendaki terhadap sampah yang mereka bawa,” ujar Rafi Faza, Kepala Bidang Lingkungan Hidup dan Konservasi FKPAT.
Menurut Rafi, edukasi kepada seluruh pihak yang melakukan kegiatan di alam bebas menjadi sangat penting. Ia juga mendorong adanya pengetatan regulasi di kawasan tersebut.
“Kalau seseorang membawa lima plastik saat mendaki, maka pulang pun harus tetap membawa lima. Itu bentuk tanggung jawab,” tegasnya.
FKPAT juga menyoroti status hukum jalur pendakian Cisayong-Talaga Bodas yang saat ini viral di media sosial. Rafi menekankan pentingnya kejelasan status kawasan tersebut, apakah masuk dalam wilayah suaka alam (cagar alam) atau pelestarian alam (taman wisata alam), karena keduanya memiliki regulasi dan perlindungan yang berbeda.
“Ini akan kami klarifikasi langsung kepada pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA),” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Umum FKPAT, Miftah Rizki, yang akrab disapa “Babol”, menyoroti fenomena pendakian yang kini semakin populer di kalangan generasi muda.
“Akhir-akhir ini banyak pendakian gunung menghiasi media sosial, seolah belum kekinian kalau belum memajang foto atau video pendakian. Fenomena ini erat kaitannya dengan Fear of Missing Out (FOMO),” katanya.
Namun, Miftah menekankan bahwa FOMO dapat membawa dampak negatif, baik bagi pendaki maupun bagi alam itu sendiri. Ia menyebutkan bahwa tren pendakian tanpa pemahaman yang cukup bisa menyebabkan masalah serius seperti sampah di jalur, kecelakaan, bahkan pendaki tersesat atau hilang.
“Kita tidak bisa berdiam diri melihat alam terus-menerus dirusak oleh tren yang tidak dibarengi kesadaran lingkungan. FOMO bisa menyebabkan stres, kecemasan, bahkan depresi, dan ini juga berdampak pada keselamatan pendaki maupun kelestarian gunung,” jelasnya.
Menutup diskusi, FKPAT mengajak seluruh pihak, baik individu maupun komunitas, untuk saling mengingatkan dan menjaga kelestarian lingkungan secara kolektif.