TASIK.TV | Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) kembali menggelar aksi demonstrasi di depan gerbang Bale Kota Tasikmalaya, Selasa sore. Meski diguyur hujan, puluhan mahasiswa tetap menyuarakan kritik terhadap kinerja 100 hari pemerintahan Wali Kota Viman Alfarizi dan Wakil Wali Kota Diky Chandra.
Dalam aksinya, HMI membawa baliho berbentuk “rapor merah” berisi penilaian terhadap program-program unggulan pasangan Viman-Diky yang sebelumnya dijanjikan dalam kampanye. Rapor tersebut dipasang tepat di gerbang keluar Bale Kota sebagai bentuk simbolik kekecewaan mahasiswa terhadap kinerja pemerintahan saat ini.
Baca juga: 100 Hari Kerja Dinilai Gagal, PMII dan HMI Desak Wali Kota Tasikmalaya Jawab Janji Politik
“Kami menilai tidak ada capaian signifikan dari Viman-Diky selama 100 hari memimpin. Program-program unggulan yang dijanjikan belum terlihat realisasinya,” ujar salah satu orator aksi, Fikri Maulana, Ketua HMI Cabang Tasikmalaya, dalam orasinya.
Adapun program yang dikritisi mencakup:
- Tasik Pintar
- GEMAS (Gerakan Masyarakat Sehat)
- PELAK (Perbaikan Ekonomi Kewilayahan)
- One Kelurahan One Hafidz
- Pengentasan Kemiskinan
- Peningkatan PAD dari Retribusi
- Pengelolaan TPA Ciangir
- Pemecahan Persoalan Banjir
- Kualitas Pelayanan Publik
Keseluruhan program tersebut diberi nilai E dan digambarkan dengan warna merah dalam baliho.
Menariknya, hanya dua hal yang mendapat nilai A dengan warna hijau, yaitu:
- Kegiatan Seremonial
- Kebijakan yang Menguntungkan Oligarki
Aksi diwarnai dengan pembakaran ban dan orasi bergantian dari para mahasiswa. Situasi sempat memanas saat Wakil Wali Kota Diky Chandra keluar menemui massa aksi bersama sejumlah Kepala Dinas. Mahasiswa langsung mencecarnya dengan berbagai pertanyaan dan kritik tajam. Bahkan, Diky sempat “disawer” uang koin sebagai sindiran terhadap kebijakan yang dinilai populis namun tak berpihak pada rakyat kecil.
Baca juga: HMI Tasikmalaya Kritik Seratus Hari Kerja Viman-Dicky, Pendidikan Masih Terabaikan
“Kami ingin pemerintah mendengar suara rakyat, bukan hanya sibuk dengan seremonial,” teriak salah satu peserta aksi dari atas mobil komando.
Karena situasi mulai tidak kondusif, Diky akhirnya memilih masuk kembali ke dalam Bale Kota dengan pengawalan aparat keamanan. Aksi dibubarkan sekitar pukul 17.00 WIB, namun para mahasiswa menyatakan bahwa ini belum berakhir.
“Kami akan datang kembali dengan jumlah massa yang lebih besar jika pemerintah tetap tutup telinga terhadap aspirasi kami,” tegas Fikri sebelum meninggalkan lokasi.(Ryan)