News

Pemanfaatan Lahan Tidur untuk Ketahanan Pangan, Inspirasi dari Kang Agus

375
×

Pemanfaatan Lahan Tidur untuk Ketahanan Pangan, Inspirasi dari Kang Agus

Sebarkan artikel ini

TASIK.TV | Dalam upaya mendorong masyarakat untuk memanfaatkan lahan tidur menjadi produktif, Kang Agus, seorang pegiat lingkungan, memberikan inspirasi melalui program demplot penanaman cabai dan Pepaya Kalipornia.

Saat ditemui Kang Agus menjelaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk mendukung program Pemerintah Daerah dalam mencapai ketahanan pangan lokal dan nasional.

“Saya menanam cabai dan pohon pepaya jenis Kalifornia di atas lahan yang tidak begitu luas. Cabai dan pepaya ini bisa tumbuh cukup baik di atas reruntuhan rumah, bukan dari media tanah yang semestinya,” ujar Kang Agus.

Ia mengungkapkan bahwa reruntuhan bangunan tersebut dihancurkan dan diratakan, kemudian ditimbun dengan batang pisang yang sudah dipotong kecil-kecil.

“Media ini dicampur dengan sampah daun dan sisa makanan, lalu didiamkan hingga menjadi kompos,” jelasnya.

Menurut Kang Agus, pemanfaatan lahan tidur tidak hanya mengurangi pembukaan lahan baru, tetapi juga membantu mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca.

“Lahan tidur yang tidak produktif dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan. Selain memenuhi kebutuhan pangan keluarga, hasil panennya juga bisa dijual untuk menambah pendapatan,” jelasnya.

Ia juga mendorong ibu-ibu rumah tangga untuk menanam cabai dan sayuran lain di pekarangan. Dengan begitu, kebutuhan cabai dapat dipenuhi tanpa harus membeli di pasar.

“Jika setiap rumah tangga menanam lima pot cabai, mereka tidak akan kesulitan memenuhi kebutuhan cabai karena tinggal petik sendiri,” tambah Kang Agus.

Apa yang dilakukan Kang Agus sejalan dengan program unggulan Presiden RI, yang mendorong masyarakat untuk menanam di pekarangan rumah.

“Jangan biarkan lahan kosong begitu saja. Tapi tanami dengan aneka tanaman, nanti hasilnya bisa dimanfaatkan untuk konsumsi keluarga,” ujarnya.

Kang Agus juga menjelaskan bahwa cabai mudah dibudidayakan.

“Jika dipelihara dengan baik, cabai rawit sudah mulai berbuah setelah 2,5-3 bulan. Umur tanaman cabai rawit bisa mencapai 24 bulan dengan frekuensi panen hingga 15-18 kali,” papar Kang Agus.

Kang Agus mengusulkan agar pemerintah daerah menginisiasi gerakan budidaya cabai secara serentak di setiap Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT).

“Kegiatan ini diyakini bisa membantu meredam kenaikan harga cabai,” kata Kang Agus.

Melalui upayanya, Kang Agus menunjukkan bahwa dengan inovasi sederhana, lahan tidur dapat menjadi sumber penghasilan dan ketahanan pangan bagi masyarakat.

Inspirasi dari Kang Agus diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk lebih peduli pada potensi lahan yang ada di sekitar mereka.(Ryan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *