Impresi

Pementasan Drama Komedi Penjilat yang Baik Sebuah Eksplorasi Teatrikal yang Mendalam

251
×

Pementasan Drama Komedi Penjilat yang Baik Sebuah Eksplorasi Teatrikal yang Mendalam

Sebarkan artikel ini

TASIK.TV | Teater bukan hanya tentang menyampaikan cerita, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman yang menggugah, yang bisa menyentuh hati penonton dan membawa mereka ke dalam dunia yang tak terduga.

Pementasan “Penjilat yang Baik,” yang disutradarai oleh AB Asmarandana dan dipentaskan oleh Ngaos Art Foundation, mengusung konsep teater yang penuh dengan humor absurd dan perenungan filosofis tentang kehidupan keluarga, serta dinamika kekuasaan dan peran sosial.

Konsep dan Tema

Drama ini menggali tema tentang hubungan suami istri yang terjebak dalam sebuah debat absurd mengenai masa depan anak-anak mereka. Dengan karakter-karakter yang terbelah antara cita-cita dan kenyataan, “Penjilat yang Baik” tidak hanya menyajikan cerita lucu dan menghibur, tetapi juga memberikan kritikan tajam terhadap peran sosial dan harapan yang dilekatkan pada keluarga dalam masyarakat.

AB Asmarandana, selaku sutradara, membawa pertunjukan ini lebih jauh dari sekadar drama komedi ringan. Dengan pengaruh teori-teori teater klasik dan kontemporer, Asmarandana berhasil menggabungkan elemen-elemen absurd dan sarkasme yang sering ditemukan dalam karya-karya teater modern, seperti teori Teater Absurd yang dipopulerkan oleh Samuel Beckett dan Eugène Ionesco.

Dalam “Penjilat yang Baik,” dialog antara karakter-karakter utama mencerminkan absurditas kehidupan sehari-hari, di mana keputusan besar dibuat dengan cara yang tidak rasional namun sangat manusiawi.

Karakter dan Akting

Dalam pementasan ini, Are Pekasih dan Nita Inot tampil sebagai pasangan suami istri yang penuh warna. Keduanya menunjukkan kedalaman karakter yang luar biasa, menggambarkan hubungan yang penuh ketegangan namun tetap penuh komedi.

Melalui karakter-karakter mereka, penonton dihadapkan pada dilema moral yang sering kali tampak seperti permainan kata-kata tanpa ujung.

Dengan penguasaan yang kuat terhadap teknik-teknik akting yang berakar pada Stanislavski dan Grotowski, aktor-aktor ini membawa penonton untuk lebih memahami ketegangan batin yang tersembunyi di balik humor mereka.

Musik dan Pencahayaan

Dari segi musikalitas, pertunjukan ini diiringi oleh grup The Boy Out, yang terdiri dari Iki Tusca, Fikry Aly, Nizar, Alfa, Arianto Ramdan, dan Ichsan Kribo. Musik yang ditampilkan berfungsi tidak hanya sebagai latar suara, tetapi juga sebagai bentuk ekspresi emosional yang menggambarkan ketegangan dalam hubungan antar karakter.

Penggunaan musik rock dan jazz yang dinamis memberikan dimensi lain pada pertunjukan ini, menciptakan atmosfer yang penuh energi, namun sekaligus ironis dalam kesederhanaannya.

Iki Tusca, yang juga bertanggung jawab atas pencahayaan, mengaplikasikan prinsip-prinsip pencahayaan dalam teater yang memanfaatkan kontras dan bayangan untuk menambah nuansa dramatis pada adegan-adegan tertentu.

Pencahayaan tidak hanya berfungsi sebagai elemen teknis, tetapi juga sebagai simbol dari dualitas dalam kehidupan karakter-karakter ini, yang terkadang berada dalam kegelapan, terkadang dalam cahaya.

Produksi dan Manajemen

Pementasan ini didukung oleh tim produksi yang solid, dengan Miqdam sebagai pimpinan produksi (Pimpro) dan Zae Lani sebagai manajer panggung (Stage Manager).

Manajemen yang rapi memastikan kelancaran setiap elemen pertunjukan, dari adegan hingga transisi antar bagian, memungkinkan para aktor dan pemusik untuk bekerja secara maksimal. Keberhasilan pementasan ini juga sangat bergantung pada kerjasama antara setiap elemen produksi yang telah dibangun dengan cermat.

Penutupan

“Penjilat yang Baik” adalah sebuah pementasan yang berhasil menggabungkan humor, absurditas, dan kedalaman teori-teori teater dalam satu wadah yang menghibur dan penuh pemikiran.

AB Asmarandana, dengan sentuhan kejeniusan teaternya, menciptakan sebuah karya yang tak hanya menggugah tawa, tetapi juga mengajak penonton untuk merenung tentang bagaimana kita melihat diri kita dalam peran sosial yang kita jalani.

Pertunjukan ini tidak hanya sekadar menyampaikan cerita; ia mengajak kita untuk berpikir lebih jauh, untuk menyelami arti kehidupan, hubungan, dan peran kita sebagai individu dalam masyarakat.

Dalam teater, sebagaimana dalam kehidupan, kita bisa menjadi siapa saja, namun pada akhirnya, kita akan kembali pada siapa kita sebenarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *