TASIK.TV | Konsep kepemimpinan berbasis uswatun hasanah atau keteladanan telah terbukti mampu menggantikan sistem rewards & punishment yang kerap diterapkan dalam organisasi. Pendekatan ini menekankan nilai kemanusiaan, membangun kepercayaan, dan menumbuhkan kesadaran moral tanpa perlu tekanan peraturan yang kaku.
Kepemimpinan yang Berbasis Keteladanan
Bertahun-tahun lalu, seorang komandan TNI-AU menunjukkan bagaimana kepemimpinan berbasis uswatun hasanah mampu menciptakan hubungan harmonis antara pemimpin dan anak buahnya. Ia tidak hanya memberikan instruksi, tetapi juga memperlakukan anak buahnya sebagai keluarga. Setiap pekan, ia mengunjungi mereka, membawakan makanan, atau sekadar berbagi perhatian. Bahkan, anak-anak mereka pun sering dititipkan di rumahnya ketika ia bertugas ke luar kota.
Karakter ini mencerminkan filosofi kepemimpinan yang menempatkan kemanusiaan pada tempatnya. Tanpa banyak kata atau surat-menyurat, hubungan antara pemimpin dan bawahan terjalin secara alami berdasarkan panggilan hati yang tulus. Tidak ada aturan ketat atau ancaman hukuman, tetapi hanya nilai kepercayaan yang terbangun dengan kuat.
Mengapa Hukum Rewards & Punishment Justru Bermasalah?
Dalam banyak organisasi, sistem penghargaan dan hukuman sering dianggap sebagai cara efektif untuk meningkatkan kinerja. Namun, pendekatan ini justru melahirkan empat penyakit yang merusak:
1. Hilangnya Ketauhidan, Karyawan bekerja bukan karena keikhlasan, melainkan hanya untuk menghindari hukuman atau mendapatkan hadiah. Motivasi kerja menjadi transaksional, bukan spiritual.
2. Mendukung Kebohongan Kronis (Mitomania) – Rasa takut terhadap hukuman mendorong bawahan untuk berbohong demi menyelamatkan diri. Sebaliknya, mereka juga cenderung memuja pimpinan hanya demi penghargaan.
3. Lari dari Tanggung Jawab dan Fitnah – Kesalahan sering kali dilemparkan kepada orang lain untuk menghindari hukuman, yang pada akhirnya menciptakan lingkungan kerja yang penuh intrik dan saling menyalahkan.
4. Kesombongan dan Gila Hormat – Pemimpin yang menerapkan sistem ini sering kali merasa lebih berkuasa dan ingin dihormati berlebihan, yang berujung pada otoritarianisme dalam kepemimpinan.
Humanizing Humans: Kepemimpinan Sejati
Pendekatan uswatun hasanah adalah solusi terhadap dampak negatif sistem rewards & punishment. Dengan menanamkan nilai kemanusiaan, penghargaan yang diberikan bukan dalam bentuk materi, melainkan rekognisi dan perhatian yang tulus. Seorang pemimpin sejati akan menanggung kesalahan bawahannya dan tidak menuntut penghormatan.
Pemimpin yang meneladani konsep ini tidak membutuhkan pengakuan, tidak ingin ditakuti, dan tidak mencari pujian. Kepemimpinan berjalan secara alami, dan bawahan merasa nyaman untuk berinovasi serta bekerja dengan penuh kreativitas tanpa tekanan yang berlebihan. Akibatnya, organisasi pun berkembang secara signifikan.
Uswatun hasanah adalah strategi kepemimpinan yang mampu mengubah individu tanpa paksaan, menguasai tanpa menekan, dan memimpin tanpa menunjukkan dominasi. Kepemimpinan sejati tidak menuntut kepatuhan mutlak, melainkan menanamkan nilai kemuliaan dan kebersamaan yang mendalam. Dengan demikian, seorang pemimpin yang ingin dihormati harus terlebih dahulu memahami bahwa dirinya juga manusia, sama seperti bawahannya.
Penulis: M. Taufiq