TASIK.TV | Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sambongpari mengalami peningkatan signifikan pasca peralihan musim dari musim penghujan ke musim kemarau. Berdasarkan data dari tahun 2023, terdapat 14 kasus DBD di wilayah tersebut.
Namun, sejak Januari 2024 hingga Juli 2024, jumlah kasus meningkat drastis hingga mencapai 85 kasus, atau naik sebesar 500%.
“Kenaikan kasus tahun ini sangat signifikan,” ujar Ida Farida, pengelola program DBD UPTD Puskesmas Sambongpari, saat ditemui Tasik TV di tempat kerjanya.
Ida Farida menambahkan bahwa Puskesmas Sambongpari secara rutin mengadakan kegiatan “Jumat Bersih” untuk mendorong penerapan PHBS di masyarakat. Namun, Ida mengakui bahwa dukungan lintas sektor masih menjadi kendala.
“Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Harus ada kolaborasi dan kekompakan antara lintas sektor,” tegasnya.
Ida juga menjelaskan bahwa Puskesmas Sambongpari sering melakukan penyuluhan keliling terkait PHBS, baik dalam pertemuan keagamaan maupun pertemuan kader. Selain itu, PSN juga dipantau secara rutin di setiap kelurahan.
“Ada satu kelurahan yang sudah rutin melaksanakan PSN dan PHBS dengan lurahnya turun langsung ke masyarakat, yaitu Kelurahan Sambongpari,” tutup Ida.
Kepala UPTD Puskesmas Sambongpari, Hj. Enung Rohimah, S.ST, dalam wawancara terpisah, menyatakan bahwa peningkatan signifikan kasus DBD di tahun 2024 disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk perubahan iklim.
“Selain itu, kebiasaan masyarakat yang kurang memperhatikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga turut berkontribusi terhadap kenaikan kasus ini,” tambahnya.
Enung juga menjelaskan bahwa jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sambongpari yang mencapai 45.262 jiwa dengan tingkat kepadatan yang tinggi menjadi tantangan tersendiri.
“Kami mengambil langkah konkret untuk mengintervensi masyarakat dengan melakukan upaya preventif dan promotif,” jelasnya.(Ryan Cardio)