Kepala Puskesmas Parakannyasag: Perubahan Pola Makan Kunci Penurunan Stunting

Kepala Puskesmas Parakannyasag: Perubahan Pola Makan Kunci Penurunan Stunting

TASIK.TV | Upaya penanganan stunting masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah Kota Tasikmalaya, termasuk di Puskesmas Parakannyasag. 

Kepala Puskesmas Parakannyasag, H. Cece Nurdin, S.Kep Ners.MM, mengungkapkan bahwa pihaknya rutin melakukan validasi terhadap balita stunting dua kali setahun setelah bulan timbang. 

"Setelah dilakukan penimbangan dan pengukuran ulang, kami memastikan apakah balita tersebut benar-benar stunting atau tidak," ujarnya.

Cece menjelaskan bahwa tujuan dari validasi ini adalah untuk memahami penyebab stunting sehingga bisa dilakukan intervensi yang tepat. 

"Dengan adanya kegiatan ini, kita bisa meningkatkan pencapaian daerah bebas stunting dan menurunkan angka stunting di Kota Tasikmalaya," tambahnya.

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada ibu balita, ditemukan bahwa banyak kasus stunting disebabkan oleh pola pemberian makan yang salah saat masa MP-ASI. 

"Hal ini berdampak pada pola makan dan kebiasaan makan anak," kata Cece. Oleh karena itu, dia berharap kader-kader posyandu lebih sering memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

Dalam kesempatan yang sama, Cece juga menyinggung tentang pentingnya pemberian PMT Lokal. "Kegiatan ini disertai dengan edukasi gizi dan kesehatan untuk mengubah perilaku, seperti dukungan pemberian ASI, edukasi dan konseling pemberian makan, serta kebersihan dan sanitasi untuk keluarga," jelasnya.

Cece berharap kegiatan PMT berbahan pangan lokal dapat mendorong kemandirian pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan. 

"Anggarannya berasal dari dana DAK BOK," imbuhnya.

Baca Juga: Kadinkes Kota Tasikmalaya Ungkap Kunci Atasi DBD, Fogging Bukan Solusi Utama

Menindaklanjuti pelatihan tim pelaksana dalam penyiapan pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal kepada balita dan ibu hamil KEK yang diselenggarakan oleh Puskesmas Parakannyasag, Cece menjelaskan prinsip PMT lokal adalah menyediakan makanan siap santap yang padat gizi dengan memperhatikan keseimbangan gizi, serta membatasi penggunaan gula, garam, dan lemak.

Cece Nurdin berharap masyarakat lebih memperhatikan faktor risiko lingkungan yang berkaitan dengan stunting pada balita. 

"Keterkaitan dengan air minum, fasilitas sanitasi seperti jamban, pengolahan sampah, serta kebiasaan cuci tangan dengan sabun sangat penting," pungkasnya. (Ryan Cardio)